Klik (x) untuk menutup
Klik Gambar di bawah ini untuk melanjutkan ke SMS Gratis
Kamis , September 19 2024

K.H. As’ad Humam

Kakek yang selalu ada di sampul belakang iqro itu adalah K.H. As’ad Humam
Memang tak banyak orang yang mengenal beliau. Dia lahir di Yogyakarta pada tahun 1933. Nama asli beliau sebenarnya hanya As’ad saja, sedangkan nama Humam yang diletakkan di belakang adalah nama ayahnya, H. Humam Siradj. Beliau tinggal di Kampung Selokraman, Kotagede, Yogyakarta. Ia merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara.
Beliau mengidap penyakit pengapuran tulang belakang dan cacat fisik sejak remaja yang mengharuskannya menjalani perawatan medis di RS. Bethesda Yogyakarta selama kurang lebih satu setengah tahun. Dikarenakan penyakit yang diidapnya KH. As’ad Humam tidak mampu bergerak secara leluasa. Seluruh tubuhnya mengejang hingga sulit untuk dibungkukkan, sholatnya pun harus dilakukan dengan duduk lurus, dan tidak bisa melakukan posisi ruku’ ataupun sujud. Bahkan untuk menengok kiri kanan pun beliau harus membalikkan seluruh tubuhnya.
Beliau bukanlah seorang akademisi, kalangan terdidik lulusan Pesantren, atau Sekolah Tinggi Islam, beliau bahkan hanya sekolah sampai kelas 2 Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta, atau setingkat dengan SMP.
KH. As’ad Humam berprofesi sebagai pedagang aksesoris imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro Yogyakarta, Profesi ini mengantarnya berkenalan dengan KH. Dachlan Salim Zarkasyi, dan metode Qiroati.
Pada saat itu metode belajar membaca Alquran yang populer di Indonesia adalah Qowaid Al-Baghdadiyah, yaitu membaca hurud hijaiyah dengan cara dieja. Cara belajarnya terbilang cukup rumit, karena untuk menghasilkan bunyi “a” misalnya, yang belajar mesti memulai dengan huruf alif yang bersandang atau harakat fatah, baru dibaca “a”. Contoh ejaanya seperti, “Alif fatah a, alif kasrah i, alif dhamah u, a-i-u”. Bunyi tersebut tentu terus berubah sesuai dengan huruf yang tengah dieja, dirangkai, lalu dibaca sempurna. Cara seperti ini membuat membaca huruf hijaiyah membutuhkan waktu yang lebih lama karena harus merangkainya terlebih dahulu.
Setelah mengenal metode ini, KH. As’ad Humam kemudian berniat mengembangkan gagasan-gagasan metode baru yang lebih efesien supaya santri dapat belajar Al-quran dengan cepat dan mudah. Hasil pengembangkan ini kemudian beliau tulis dan ajukan kepada KH. Dachlan Zarkasyi.
Iqro yang ditulis KH. As’ad Humam ini terdiri dari enam jilid (Iqro 1-6) yang tidak lagi dieja, melainkan menyajikan cara baca dengan sistem suku kata. Beliau juga memilih kata-kata yang biasa didengar dan sederhana bagi anak-anak, seperti “ba-ta”, “ka-ta”, “ba-ja”, dan sebagainya. Setelah itu dilanjutkan dengan kata yang lebih panjang, kemudian kalimat pendek, lalu mempelajari kata yang ada di dalam surat-surat pendek Al-Quran. Semuanya disajikan sesederhana mungkin sehingga yang belajar, terutama anak-anak dapat dengan mudah mempelajarinya.
Namun gagasan-gagasan tersebut seringkali ditolak oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi, terutama untuk dimasukkan dalam Qiroati, karena dia menganggap Qiroati adalah inayah dari Allah yang sudah sempurna sehingga tidak perlu ada lagi perubahan. Hal inilah yang pada akhirnya menjadi pemicu ”konflik” kedua tokoh tersebut. Sehingga pada akhirnya muncullah gagasan KH. As’ad Humam bersama dengan Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus “AMM”) Yogyakarta mengembangkan dan menyusun sendiri penggunaan metode baru cara cepat belajar membaca Al-Qur’an dan terbitlah metode Iqro.
Tidak diketahui persis sudah berapa juta buku Iqro yang dicetak dan disebarluaskan ke berbagai penjuru tanah air dan sejumlah negara. Namun pada tahun 1996, dalam sebuah obituari, Agus Basri dan Khoiri Akhmadi menyebutkan bahwa Iqro telah menyebar ke seluruh tanah air dan telah sampai di Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, Filipina, Benua Eropa, dan Benua Amerika.
Sayangnya, disaat buku Iqro terus menyebar ke berbagai tempat dan memberi manfaat kepada banyak orang, kesehatan K.H. As’ad Humam justru semakin memburuk. Ia yang sudah puluhan tahun menderita pengapuran tulang belakang dan perlahan menuju lumpuh, dan pada akhirnya beliau tak dapat bertahan lagi. Hari Jumat, 2 Februari 1996, K.H As’ad Humam meninggal dunia.
Melalui metode Iqro yang diciptakannya, K.H. As’ad Humam telah membantu jutaan orang untuk belajar membaca Al-Quran dan menjadi amal jariyah bagi beliau.

Check Also

Di Bulgaria ada pasar jodoh

Bulgaria merupakan negara yang terletak di kawasan Eropa Tenggara, bertetangga dengan negara Rumania, Serbia, Republik …

Tinggalkan Balasan